Cerpan — Langit Kedua

Sore itu menjelang lagi, penuh dengan semarak sunyi dalam menyambut malam yang menghadang. Dia duduk terdiam merenungi bulan yang sebentar lagi akan datang. Mimpinya luar biasa tinggi. Agak idealis memang, tapi cukup membuat orang lain bergidik melihatnya. Ia kacau balau. Rambutnya tak terurus. Bajunya tak ia ganti-ganti, malas barangkali. Mengurusi dirinya sendiri adalah hal yang paling tidak ia sukai. Pikirannya hanya pada mimpinya sekolah di luar negeri. Sungguh timpang dengan penampilannya yang ngawur ngidul sekali. Continue reading