Sia-sia

Telah kuurai ia jadi serpihan kecil.

Tak bermakna. Sia-sia.

Kukubur ia dalam panasnya inti bumi.

Hanya

Aku hanya mengenalmu sebentar.

Aku hanya menilaimu dari ucapan yang bahkan tak pernah ku dengar.

Aku hanya melihatmu dari kejauhan.

Jauh hingga satuan meterpun

Cerpan — Langit Kedua

Sore itu menjelang lagi, penuh dengan semarak sunyi dalam menyambut malam yang menghadang. Dia duduk terdiam merenungi bulan yang sebentar lagi akan datang. Mimpinya luar biasa tinggi. Agak idealis memang, tapi cukup membuat orang lain bergidik melihatnya. Ia kacau balau. Rambutnya tak terurus. Bajunya tak ia ganti-ganti, malas barangkali. Mengurusi dirinya sendiri adalah hal yang paling tidak ia sukai. Pikirannya hanya pada mimpinya sekolah di luar negeri. Sungguh timpang dengan penampilannya yang ngawur ngidul sekali.

Second Love Letter

For the first man in my life..

How’s life daddy ?

I hope you always fine there, I’m here always try to be OK, so I can study hard in here.

Well, this is my first letter to you, isn’t it ?

Although it’s feel awkward for me to sent something like this to you,

I will try my best, dad.

Dad, I also wanna tell you someone.

First Love Letter

For the only one woman my life ..
How’s life mommy ?

I hope you always fine there, I’m in here always try to be OK, so I can study hard in here.

Well, this is my first letter to you, isn’t it ?

Although it’s feel awkward for me to sent something like this to you, I will try my best mom.

You know mom, I have someone that I wanna tell to you.